google-site-verification: googlee7a7bfcfae2dffe6.html

Cara Nabi Muhammad SAW, Membahagiakan Istrinya!

Dalam Islam, hubungan antara suami dan istri adalah ikatan yang kuat dan wajib dipupuk dengan kebaikan, cinta, dan belas kasihan. Dalam Alquran, Allah SWT menyebutkan cinta sebagai salah satu tanda-tanda keagungan-Nya di dunia.


Dalam QS Ar-Rum ayat 21, Allah SWT bersabda, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."

Nabi Muhammad SAW adalah panutan bagi setiap Muslim dalam semua aspek kehidupan. Ketika umat Muslim membaca tentang perlakuan Nabi terhadap istri-istrinya, kita akan kagum dengan perhatian, kelembutan, cinta, dan kasih sayang yang ditunjukkannya kepada mereka.


Beberapa hal yang dilakukan oleh Nabi kepada istri-istrinya adalah selalu memberikan perawatan yang terbaik. Dilansir di About Islam, Abu Hurairah ra menceritakan Rasulullah SAW pernah mengatakan, "Yang menyempurnakan orang dalam iman adalah orang dengan karakter terbaik. Dan yang terbaik dari kalian semua adalah yang berlaku baik bagi wanitanya" (HR Tirmidzi).


Selain itu, Ibn Abbas ra meriwayatkan Nabi SAW berkata, "Yang terbaik di antara kamu adalah yang terbaik terhadap istrinya, dan aku yang terbaik dari kamu untuk istri saya" (Ibn Majah dan disahkan oleh Al-Albani).

Abu Hurairah ra juga meriwayatkan Nabi Muhammad SAW berkata, “Seorang yang beriman tidak boleh membenci seorang wanita yang beriman (istrinya);  jika dia tidak menyukai salah satu sifatnya dia akan senang dengan yang lain" (HR Muslim).


Rasulullah SAW mengajak para laki-laki mengekspresikan cintanya kepada sang istri. Anas ra meriwayatkan jika Nabi SAW pernah ditanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling kamu sayangi?" Nabi menjawab, "Aisyah". Lalu Nabi kembali ditanya, "Dan di antara laki-laki?" Nabi menjawab, "Ayahnya" (Ibnu Majah dan disahkan oleh Al-Albani).

Aisyah ra berkata, "Saya tidak pernah merasa cemburu pada salah satu istri Nabi kecuali Khadijah, meskipun saya belum pernah melihatnya." Dia menambahkan, "Ketika Utusan Allah menyembelih seekor domba, dia berkata: Kirim ke teman-teman Khadijah."


Suatu hari Aisyah memanggil nama Khadijah dengan cara yang membuat Nabi marah. Nabi pun mengatakan kepada Aisyah, "Aku telah diberikan cintanya (oleh Allah)."

Hal berikutnya yang dilakukan Nabi adalah mengaplikasikan rasa cintanya menjadi sebuah tindakan. Aisyah ra menyebut Rasulullah akan memberinya bejana untuk diminum, ketika itu dia sedang menstruasi, maka Nabi akan mencari tempat di mana dia telah meletakkan bibirnya dan meletakkan bibirnya di tempat yang sama (An-Nasa'i dan disahkan oleh Al-Albani).


Anas ra juga meriwayatkan Nabi memiliki tetangga Persia yang pandai memasak sup. Suatu hari dia menyiapkan sup dan mengundang Nabi ke sana. Aisyah berada di samping Nabi saat itu, sehingga Nabi menyarankan kepada tetangganya untuk mengajak Aisyah bergabung dengan mereka.

Namun tetangga tersebut menolak usulan tersebut. Mendengar hal itu, Nabi pun menolak undangan itu. Orang Persia itu kembali mengulangi undangan eksklusif untuk Nabi, dan Nabi tetap menolak undangan itu.


Dalam usahanya ketiga, tetangga Persia ini mengundang Nabi dan istrinya, Aisyah. Setelah itu, Nabi menerima undangannya dan pergi bersama Aisyah ke rumah pria itu (Muslim).

Dalam menjalankan rumah tangga, Nabi Muhammad SAW tak pernah lupa untuk bersenang-senang dengan istrinya. Aisyah ra melaporkan dia menemani Nabi dalam perjalanan ketika dia masih langsing. Nabi lalu mengatakan kepada orang-orang untuk bergerak maju dan kemudian meminta Aisyah berlomba lari dengannya. Mereka berlomba dan Aisyah menang.


Dalam perjalanan selanjutnya, ketika Aisyah telah melupakan perlombaan sebelumnya, dan telah bertambah berat badannya, Nabi menyuruhnya balapan lagi. Aisyah menolak dan berkata, "Bagaimana saya bisa balapan dengan Anda saat saya dalam kondisi seperti ini?"


Nabi bersikeras dan melanjutkan perlombaan itu. Kali ini, Nabi memenangkan perlombaan. Dia tertawa saat itu dan berkata, "Sekarang, kita impas"  (Diotentikasi oleh Al-Albani).


Terakhir, yang perlu diingat adalah cinta dapat melampaui waktu. Anas ibn Malik meriwayatkan ketika seseorang membawa sesuatu kepada Nabi, dia akan berkata, "Bawalah ke sana-sini karena dia adalah teman Khadijah (istrinya yang sudah meninggal)" (Diotentikasi oleh Al-Albani).


Tidak hanya itu, Asyiah ra juga bercerita suatu hari, Halah binti Khuwailid (saudara perempuan dari istri pertama Nabi, Khadijah) meminta izin untuk masuk. Nabi pun mengenali dan mengingat cara Khadijah ketika dia meminta izin untuk masuk. Jadi, dia sangat tersentuh dan berkata, "Ya Allah, semoga dia menjadi Halah binti Khuwailid!" (Al-Bukhari dan Muslim). [Rep]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel