google-site-verification: googlee7a7bfcfae2dffe6.html

AWAS SYIRIK : Seputar Syirik Kecil bag, [1]


Di antara perkara yang wajib dipelajari pertama kali oleh seorang muslim adalah tauhid  dan juga mengenal lawannya, yaitu kemusyrikan. Mempelajari tauhid adalah proses yang tidak pernah berhenti sampai ajal menjemput, mengingat urgensi perkara ini dalam kehidupan seorang muslim.

Dalam beberapa serial tulisan ini, kami akan membahas syirik kecil (syirik ashghar), dalam bentuk tanya jawab ringkas sehingga bisa dipahami dengan mudah oleh kaum muslimin. Tulisan ini adalah terjemah dari kitab As’ilah muhimmah muta’alliqah bi asy-syirki al-ashghar wal jawaabu ‘anhaa karya Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Ash-Shadiq An-Najjaar (cetakan Daar An-Nashihah, tahun 1435).

Kata pengantar oleh penulis, Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Ash-Shadiq An-Najjaar

Segala puji bagi Allah Ta’ala, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasul yang paling mulia, yaitu Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabat seluruhnya. Amma ba’du.

Sesungguhnya tauhid adalah hak Allah atas hamba-Nya, yang tidak menerima perdebatan dalam bentuk apa pun. Seluruh rasul diutus untuk mendakwahkan tauhid dan memperingatkan umat dari terjerumus ke dalam lawannya, yaitu syirik.
Allah Ta’ala memberikan keutamaan bagi orang yang merealisasikannya berupa keamanan dan hidayah yang sempurna. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am [6]: 82)

Allah Ta’ala juga menjanjikan surga, sebagaimana yang terdapat dalam riwayat dari sahabat ‘Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلىَ مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ، وَالْجَنَّةَ حَقٌّ، وَالنَّارَ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ

”Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak melainkan Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, (dan bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah, utusan-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, serta ruh dari-Nya, (dan bersaksi pula) bahwa surga adalah benar adanya, bahwa neraka adalah benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga betapa pun amal yang telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari no. 3435)


Allah Ta’ala juga mengharamkan jasadnya untuk tersentuh api neraka. Sebagaimana yang diriwayatkan dari ‘Itban bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan neraka bagi siapa saja yang 
mengucapkan laa ilaaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah) dengan mengharapkan wajah Allah Ta’ala.” (HR. Bukhari no. 425)


Dan tauhid ini memiliki pembatal. Di antara pembatal tersebut ada yang membatalkan tauhid sampai ke akarnya, itulah syirik besar (syirik akbar). Dan ada pula yang membatalkan kesempurnaan tauhid yang wajib, itulah syirik kecil (syirik ashghar).
Pembahasan kita dalam tulisan ini akan berkaitan dengan jenis yang ke dua, yaitu syirik kecil, sebagai peringatan bagi manusia dari terjerumus ke dalamnya.

Sedangkan manusia tidak mungkin bisa menjauhinya kecuali jika mereka mengetahui hakikatnya, mengetahui contoh-contohnya, dan memahami bahayanya.
Menjadi kewajiban atas para ulama untuk mengingatkan manusia, terlebih lagi setelah kita mendengar ada orang yang mengatakan bahwa umat Islam tidak mungkin terjerumus ke dalam syirik. Ini adalah perkataan yang batil (tidak benar), bertentangan dengan dalil syariat dan juga bertentangan dengan realita.


Adapun dalil dari syariat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَذْهَبُ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ حَتَّى تُعْبَدَ اللَّاتُ وَالْعُزَّى

“Malam dan siang tidaklah lenyap sampai Al-Lata dan Al-‘Uzza disembah.” (HR. Muslim no. 2907)

Ini adalah berita dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, seseorang yang tidak berbicara dengan hawa nafsu, tentang kembalinya sekelompok umat ini menuju peribadatan kepada Al-Lata dan Al-‘Uzza.

Syubhat ini datang dari orang-orang yang menyangka bahwa umat ini tidak mungkin terjerumus ke dalam syirik karena kesalahpahaman mereka dalam mengenal kemusyrikan. Syirik menurut mereka itu hanya berkaitan dengan i’tiqad (keyakinan), bukan dengan perbuatan. Maka seseorang tidaklah menjadi musyrik kecuali jika dia meyakini bahwa (mendatangkan) manfaat dan (menolak) bahaya itu di tangan selain Allah Ta’ala. Artinya, mereka mengkhususkan kemusyrikan itu hanya berkaitan dengan rububiyyah saja. Oleh karena itu, menurut mereka, siapa saja yang menujukan ibadah kepada selain Allah Ta’ala itu tidak syirik.

Jika kemusyrikan itu hanya berkaitan dengan rububiyyah saja sebagaimana persangkaan mereka, niscaya perang terhadap kaum musyrikin Quraisy adalah sebuah kedzaliman dan tindakan melampaui batas. Hal ini karena meyakini rububiyyah Allah Ta’ala, bahwa Allah Ta’ala adalah Dzat yang memberi rizki, memberikan manfaat dan mendatangkan bahaya. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab, “Allah.” Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).” (QS. Al-‘Ankabuut [29]: 61)

Maka mendefinisikan syirik sebatas (syirik dalam) rububiyyah mengandung celaan terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan juga celaan terhadap Dzat yang mengutusnya, yaitu Allah Ta’ala.

Selain iyu, alasan yang dikemukakan oleh musyrikin Arab ternyata membatalkan persangkaan mereka itu. Karena orang-orang musyrik mengatakan,

مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى

“Kami tidaklah beribadah kepada mereka kecuali supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (QS. Az-Zumar [39]: 3)

Mereka mengakui bahwa peribadatan mereka kepada selain Allah Ta’ala adalah untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah Ta’ala, bukan karena keyakinan bahwa sesembahan mereka selain Allah itu (memiliki kuasa dalam mendatangkan) manfaat atau bahaya.

Jika kita telah mengetahui hal ini, maka sesungguhnya kemusyrikan yang terjadi pada sekelompok umat ini wajib untuk dihindari dan wajib untuk diperingatkan darinya.
Adapun secara realita, orang bisa menyaksikan sendiri apa yang dilakukan oleh sekelompok kaum muslimin di sisi makam, agar mereka bisa mengetahui dengan seyakin-yakinnya terjerumusnya sebagian umat ini ke dalam kemusyrikan.
Aku memohon kepada Allah Ta’ala agar mengeluarkan mereka dari gelapnya kemusyrikan menuju cahaya tauhid.

Buku ini mengandung penjelasan tentang syirik kecil, contoh-contohnya, melalui metode soal jawab, agar mempermudah pemahaman dan lebih mudah dihapal.
Aku memohon kepada Allah Ta’ala agar menjadikan amal kami ini seluruhnya sebagai amal yang ikhlas, dan kami berlindung dari kemusyrikan dan terjerumus ke dalamnya.


@Puri Gardenia, 18 Jumadil akhir 1440/23 Februari 2019
Penerjemah: M. Saifudin Haki
ArtikelMuslim.or.id

Editor : Lumajangpost.com


0 Response to "AWAS SYIRIK : Seputar Syirik Kecil bag, [1]"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel